
29 Aug
Langkah Antisipasi Menghadapi Isu Megatrust di Indonesia
"Isu Megathrust" menjadi isu perbincangan publik dunia saat ini. Bencana yang terjadi secara tiba-tiba, masif, dan tak terduga menimbulkan tantangan yang signifikan juga terdampak rantai pasokan global.
Gangguan akibat bencana alam sering kali menyebabkan gangguan komunikasi, kekurangan pasokan, gangguan transportasi, ketidakseimbangan inventaris, peningkatan waktu tunggu, dan peningkatan biaya.
Baca juga: Hal yang Perlu Dicermati Terkait Barang Kiriman Luar Negeri
Megathrust adalah gempa bumi terkuat di dunia berdampak pada kerusakan bahkan terjadi Tsunami, dan sebagian akan terjadi dalam waktu dekat. Banyak masyarakat di seluruh dunia merasa skeptis terhadap perubahan iklim tersebut.
Gempa Megathrust memiliki dampak yang dapat merusak bangunan dan berkekuatan 7-8 magnitudo. Durasi guncangan untuk gempa Megathrust jauh lebih lama dari pada gempa bumi biasanya.

Seperti terjadi gempa bumi di Jepang berkekuatan 7,1 SR pada 8 Agustus 2024, Badan Meteorologi Jepang mengeluarkan peringatan pertama tentang risiko gempa besar di sepanjang pantai Pasifik setelah gempa di pulau utama paling selatan, Kyushu.
Baca juga: Strategi Pemerintah Targetkan Biaya Logistik Turun Mejadi 8 Persen dari PDB
Peringatan tersebut kini telah dicabut setelah tidak ada kelainan yang ditemukan dalam aktivitas.
Selain Jepang adapun beberapa negara lainnya rentan Megathrust seperti Chili, Selandia Baru salah satunya adalah Indonesia.
Langkah antisipasi yang dilakukan Indonesia melalui Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) yaitu berupaya menyiapkan sistem monitoring, prosesing, informasi gempa bumi dan peringatan dini terjadi tsunami.
Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan masyarakat di Indonesia dapat memantau secara real time bila terjadi gempa bumi.
"Tak perlu khawatir karena kami dapat analisis dengan cepat termasuk memodelkan tsunami yang bakal terjadi dan dampaknya menggunakan system InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System), sehingga BMKG akan segera menyebarluaskan informasi gempabumi dan peringatan dini tsunami di seluruh wilayah Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian utara," ujar Daryono.
Baca juga: Pelabuhan Singapura Mengalami Kemacetan Parah, Imbas Menghindari Laut Merah
Upaya lain yang dilakukan BMKG adalah memberikan edukasi, pelatihan mitigasi, drill, evakuasi, berbasis pemodelan tsunami kepada pemerintah daerah, stakeholder, masyarakat, pelaku usaha pariwisata pantai, industri pantai dan infrastruktur kritis (pelabuhan dan bandara pantai).
BMKG juga menyebutkan fenomena Megathrust bukan sesuatu yang baru terjadi, namun sudah ada sejak lama. Gempa bumi ini tidak bisa diprediksi, Daryono mengungkapkan terdapat dua Megathrust di Selat Sunda dan Mentawai Siberut, Siberut sudah lama tidak melepas energinya.
Zona Subduksi aktif seperti Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Sumba). Dan Subduksi Lempeng Laut seperti Maluku, Sulawesi, Filipina dan Subduksi Utara Papua.
Dengan terjadinya Megathrust maka perlunya kesiapsiagaan yang melibatkan diversifikasi, kolaborasi pemasok, pemantauan waktu nyata, dan operasi yang gesit menawarkan solusi untuk mengurangi gangguan ini. Bahkan perusahaan rantai pasokan perlu memperhatikan infrastruktur dan mengidentifikasi risiko potensial dalam kesiapan menghadapi gempa bumi, demi kelancaran rantai pasokan.
sumber:
Fakta Gempa Megathurst Diprediksi Bakal Menimpa RI
Poin-poin Penting Megathrust Tak Bisa Diprediksi Tapi Mesti Siaga
How Can Semiconductor Industries Overcome Supply Chain Challanges Following Earthquakes?