12 Nov
Tiga Pilar Digitalisasi Konsolidasi LCL untuk Efisiensi Maksimal
Dalam era logistik modern, digitalisasi bukan lagi sekadar tren, melainkan kebutuhan strategis untuk mencapai efisiensi yang berkelanjutan.
Pada sistem konsolidasi Less than Container Load (LCL), penerapan teknologi digital di setiap tahap operasional dari pra-pengiriman hingga distribusi akhir menjadi kunci untuk meningkatkan kecepatan, akurasi, dan transparansi proses.
1. Pra-Pengiriman (Digital Booking & Data Input): Revolusi efisiensi dimulai pada fase pra-pengiriman, di mana digitalisasi menghilangkan hambatan manual dan mempercepat keputusan. Pelanggan dapat mengakses platform online untuk memasukkan detail kargo dan menerima kuotasi harga otomatis (instant quoting) secara real-time. Proses ini diperkuat dengan Integrasi API/EDI yang secara otomatis mengumpulkan dan memasukkan data kargo dari berbagai shipper ke dalam satu sistem terpusat. Dampak utamanya adalah output yang cepat dan transparan, sekaligus secara signifikan mengurangi kesalahan input manual yang sering berujung pada masalah administrasi kepabeanan.
2. Pelaksanaan (Operasi Fisik yang Didukung Digital): Fase operasional fisik kini disinkronkan secara sempurna dengan data digital untuk menjamin akurasi. Setiap barang LCL diberi barcode unik dan dicatat saat stuffing ke kontainer, memastikan verifikasi yang cepat melalui Digital Tally (pencocokan fisik dengan manifes). Selain itu, untuk transparansi penuh, kontainer dilengkapi dengan perangkat IoT & GPS Tracking, memungkinkan pemantauan status kiriman secara real-time oleh pelanggan melalui portal. Dukungan digital ini mempercepat verifikasi kargo, memastikan tidak ada barang yang tertinggal atau salah kontainer, serta mengotomatisasi dan menstandarisasi dokumen kritis seperti Manifest dan Bill of Lading (BL) dengan minim kesalahan.
3. Kedatangan (Destinasi Impor & Last Mile): Efisiensi maksimal diukur pada kecepatan barang keluar dari pelabuhan tujuan, dan digitalisasi memastikannya. Proses Bea Cukai dipercepat melalui E-filing dan integrasi sistem dengan portal kepabeanan negara tujuan. Saat kontainer di-stripping, Digital Warehouse Management System (WMS) digunakan untuk memverifikasi dan mencatat barang keluar, meminimalkan risiko salah kirim atau hilangnya kargo LCL. Terakhir, last mile delivery ditingkatkan melalui Optimasi Rute Lokal menggunakan software logistik, menjamin barang tiba di gudang importir secepatnya. Hasil akhirnya adalah memperpendek Dwelling Time di pelabuhan dan mencapai efisiensi end-to-end yang mulus hingga ke titik akhir rantai pasok.
Setiap langkah mulai dari kuotasi awal, verifikasi di gudang, hingga pengiriman akhir berjalan dengan otomatisasi penuh, akurasi data yang tinggi, dan visibilitas real-time. Integrasi teknologi ini memungkinkan baik pelabuhan maupun freight forwarder untuk memproses volume barang impor yang jauh lebih besar dalam waktu yang lebih singkat, secara drastis mempercepat rantai pasok dan memberikan keunggulan kompetitif yang nyata.
sumber:
5 ways Maersk makes LCL easy | Maersk
